Sabtu, 01 Desember 2007

Gunung Argopuro : Gunung Suci Nan Berseri

Gunung Argopuro : Gunung Suci Nan Berseri

Gunung Argopuro, yang termasuk dalam wilayah dua kabupaten yaitu kabupaten Probolinggo dan Sitobondo, merupakan gunung dengan trek terpanjang di Jawa. Gunung ini tidak terlalu favorit untuk didaki namun sangat rugi jika tidak anda masukan dalam daftar gunung yang wajib dikunjungi di Jawa. Gunung Argopuro adalah gunung yang mempunyai ketinggian 3088 mdpl. Hal ini membuatnya masuk dalam 3 gunung tertinggi di Jawa Timur selain Gunung Semeru dan Gunung Raung. Puncaknya sendiri ada dua yaitu puncak Argopuro (Triangulasi), dan puncak Rengganis.

Untuk mencapai Argopuro, bisa menggunakan dua jalur. Jalur Bremi dan jalur Baderan. Namun kalau mau melalui dua jalur itu dalam satu pendakian, bisa dimodifikasi dengan naik lewat Baderan, turunnya lewat Bremi atau sebaliknya. Mana yang lebih enak? Semua tergantung bagaimana anda menilai fisik dan mental sendiri, namun menurut penulis, lebih baik naik lewat Baderan dan turunnya lewat Bremi.

Jika anda dari Surabaya, atau bisa dari kota atau propinsi lain, cari bus jurusan Probolinggo. Surabaya – Probolinggo memakan waktu kurang lebih 3-4 jam. Dari terminal Bayu Angga, Probolinggo, anda cari bus jurusan Besuki. Probolinggo–Besuki membutuhkan waktu ± 90 menit. Besuki merupakan terminal kecil yang akan mengantarkan kita ke Baderan. Namun jika anda naik jalur Bremi, anda harus turun sebelum besuki. Tepatnya di Pajarakan. Dari pertigaan Pajarakan anda cari angkot menuju polsek Krucil!

Kembali ke terminal Besuki. Dari sini anda harus segera lapor ke Kantor polisi Sumber lawang yang tepat berada di depan terminal. Setelah lapor, carilah angkot atau biasa disebut Taksi. Taksi ini akan mengantarkan anda menuju desa Baderan, desa terakhir yang bisa dilewati taksi. Disinilah berdiri pos PHPA. Anda bisa langsung minta izin dan berangkat dari sini. Namun jika anda lapar, anda bisa makan dulu di warung pak Sobar. Warung ini menyediakan makanan yang enak dan hangat tentunya. Pak Sobar sendiri adalah mantan penjaga pos PHPA. Jadi kalau anda masih awam, anda bisa bertanya sebanyak mungkin untuk menambah informasi yang sudah anda punyai.

Setelah izin, segeralah berangkat menuju ke mata air satu, atau pos 1. Jalanan yang anda lalui adalah jalan makadam selama ± 1,5 jam. Di kanan kiri jalan, akan anda temui ladang penduduk, kandang ternak kerbau, dan ilalang setinggi dua meter. Penduduk asli yang mungkin anda temui disepanjang jalan ini, akan dengan ramah menyapa. Ini sudah sifat mereka yang selalu baik terhadap tamu alam. Kalau kebingungan dengan jalur yang anda lalui, anda bisa menanyakan kepada mereka. Mereka dengan senang hati akan menjawabnya.

Setelah iallang dan ladang berganti dengan pohon besar dan tinggi, jalan makadam menjadi jalan setapak yang menanjak, berarti anda sudah memasuki kawasan hutan konseravasi. Dari sini anda harus berjalan kurang lebih 1, 5 jam untuk mencapai mata air satu.

Mata air satu adalah sebuah lokasi yang biasa digunakan untuk istirahat. Tanahnya yang datar dan “terpagari” pohon besar, membuat tempat ini ideal untuk dijadikan tempat ngecamp. Mata airnya sendiri terletak disebelah kiri jalan. Letaknya sedikit lebih menjorok ke dalam dan anda harus hati-hati karena jalannya licin.

Dari Mata air satu, pos selanjutnya adalah mata air dua. Dari sini jalurnya agak datar namun berkelok-kelok. Pemandangan bagus dan alunan indah kicau burung akan menemani perjalanan anda. Namun hati-hati dengan pohon tumbang dan jurang “semu” disebelah kiri anda. Kurang fokus sedikit saja, nyawa anda taruhannya. Intinya harus tetap waspada!

Mata air dua akan anda jumpai setelah menempuh perjalanan selama 2 jam. Kondisi geografisnya juga sama dengan mata air satu, namun untuk berkemah, anda harus mencari tempat yang baik dan memperhitungkan semuanya. Misalnya arah angin dan kemiringan tanah. Kemudian lokasi mata airnya jauh lebih dalam lagi dan lebih “sunyi” dari mata air satu. Namun kewaspadaan dan kehati-hatian anda akan menghindarkan dari mara bahaya.

Dari mata air dua menuju Cikasur membutuhkan waktu 3 jam. Sepanjang perjalanan menuju Cikasur ini, akan anda temukan 7 alun-alun kecil dan 3 alun-alun besar. Alun-alun adalah sebuah padang yang luas, yang ditumbuhi ilalang dan rumput liar. Pemandangan yang ditawarkan sungguh luar biasa. Namun anda jangan terpesona dulu karena pemandangan di Cikasur jauh lebih dahsyat lagi. Percayalah.....

Anda akan sampai Cikasur jika anda menemukan sebuah pondok kecil di tengah padang sabana. Tanahnya datar, luas, dan rumputnya tebal-tebal. Ada dua pohon besar di tengah-tengah sabana. View ini sering dimanfaatkan pendaki untuk diabadikan dan dipamerkan ketika mereka pulang. Ada yang bilang, pohon ini adalah pohon cinta di film My Sassy Girl. Disini pula ada sebuah tanaman yang enak untuk disayur atau lalapan. Selada air namanya. Hanya ada disini saja. Jadi kalau sempat, ambilah beberapa untuk menemani makan anda.

Ada sebuah cerinta yang melegenda di Cikasur ini. Dahulu kala di Cikasur ini akan dibangun sebuah bandar udara atau lapangan terbang saat zaman penjajahan dulu. Namun tidak jadi karena satu dua hal. Dan sekarang landasan “gagal” tersebut dimanfaatkan untuk mendaratkan hewan seperti kijang atau rusa yang berasal dari kebun binatang Surabaya untuk dilepas dan berkembvang biak di Cikasur. Kalau anda beruntung, anda bisa menemukan mereka saat sedang bersantai menikmati indahnya Cikasur.

Setelah puas di Cikasur, tempat berikutnya yang harus dituju adalah Cisentor. Dari Cikasur menuju Cisentor ini menghabiskan waktu 2-3 jam. Awas, disini banyak tumbuhan Teptengat. Tumbuhan ini tumbuh di tepi jalan, menanti pendaki menyentuhnya. Kalau di hutan basah seperti gunung Wilis, pacet dan lintah musuh utama, di Argopuro, Teptengatlah jagoannya.

Teptengat ini adalah sebuah tumbuhan yang bisa menyalurkan listrik berdaya kecil yang fungsinya untuk membunuh mangsanya. Kalau anda menyentuhnya maka akan terasa seperti tersengat listrik dan kemudian gatal-gatal akan menjalar di sekujur tubuh. Jadi sebaiknya deker setia selalu ditangan anda. Sedikit tantangannya jalur ini adalah ketika anda turun menuju sungai Cisentor., Turunan yang dalam dan curam, serta licin akan sedikit menghambat laju anda. Walau pondok Cisentor sudah didepan mata namun membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk mencapainya karena jalur “unik” ini.

Cisentor merupakan pertemuan dari dua jalur. Di Cisentor juga ada lapangan yang biasa digunakan untuk makan para tentara angkatan laut saat latihan. Dari Cisentor ini, anda bisa melanjutkan ke atas menuju ke Rawa Embik. Ada beberapa pendaki yang meninggalkan perbekalan dan carriernya disini, namun saran penulis, sebaiknya jangan anda lakukan. Karena jalur ini sangat ramai dan terbuka, bisa-bisa perbekalan anda hilang.

Cisentor-Rawa Embik bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Jalanannya menanjak dan berliku. Namun indahnya bunga Edelwisse akan membuat rasa lelah anda hilang seketika. Bukan satu dua petak saja, melainkan bisa sampai satu dua bukit akan anda jumpai. Indah sekali bukan? Anda akan sampai di Rawa Embik jika anda menemukan sebuah lembah luas, yang ada sungai kecil di tepinya. Lembah ini juga membatasi hutan konservasi dengan tumbuhan khas puncak.

Tempat yang cukup luas dan datar, serta ada sungai kecil yang ada airnya, sangat bagus untuk tempat ngecamp anda. Tinggalkan perbekalan anda disini dan selanjutnya dengan beberapa perbekalan secukupnya, anda bisa mendaki menuju puncak. Puncak Argopuro ada dua. Puncak Rengganis dan puncak sejatinya, yang tertancap tiang triangulasi diatasnya.

Menuju puncak merupakan ekspedisi yang menyenangkan. Pohon besar dan kecil silih berganti menjumpai kita, warna daun hijau ke merah silih berganti menyapa anda dan yang tak bisa kita hindari, jalanan yang menanjak tajam, mau tidak mau harus anda salami. Dan setelah berbasa-basi dengan mereka semua selama 1 jam, akhirnya anda akan sampai di alun-alun lonceng. Sebuah lokasi yang datar seluas lapangan futsal. Disinlah percabangan itu terjadi. Kalau anda ke kiri anda akan menjumpai puncak Rengganis. Sedangkan kalau lurus, anda akan menuju puncak satunya, Puncak Triangulasi.

Ke kiri, anda akan menjumpai jalan yang berundak mirip tangga perkantoran, namun terbuat dari tanah. Setelah menaikinya selama 15 menit, anda akan menemui banyak bongkahan batu tergeletak di sebuah tempat datar yang cukup luas. Inilah bekas candi dan pertapaan Ratu Rengganis. Berkelilinglah untuk melihat reruntuhan candi tersebut. Nikmati sepuasnya situs bersejarah itu. nIkamtilah...

Namun puncak tinggal sedikit lagi, maka percepatlah langkah anda. Di puncak, anda akan menemukan sebuah tumpukan batu yang merupakan tempat penduduk asli memberi sesajen pada penguasa Argopuro, Ratu Rengganis. Di kiri tempat tersebut terdapat kawah yang sudah tidak aktif lagi. Bentuknya bulat dan tidak mengeluarkan asap. Kawah Gunung Argopuro.

Dari puncak Rengganis ini anda bisa menyaksikan puncak-puncak gunung lainnya. Puncak Mahameru Semeru, Puncak Gunung Raung, Puncak Gunung Arjuno dan Puncak Gunung Welirang. Setelah puas menikmati puncak, sebaiknya anda turun jika tidak ingin kedinginan diatas sana.

Perjalanan turun melewati jalur naik namun hanya membutuhkan sedikit waktu. Jika naik dari Cisentor – puncak membutuhkan waktu ± 3 jam, turun paling tidak hanya membutuhkan waktu 2 jam atau bahkan kurang. Dari Cisentor anda bisa balik ke Cikasur dan pulang dari Baderan. Namun kali ini penulis memilih jalur yang berbeda. Biar kesan yang didapat lengkap. Dari Cisentor, anda beloklah ki kiri. Pertama anda kan menemui ladang edelwise dan pohon–pohon pinus. Namun setelah berjalan setengah jam, anda akan menemui ladang ilalang dengan tinggi hampir dua meter. Hati-hati juga dengan Teptengat yang selalu menanti kedatangan pendaki seperti anda.

Setelah berjalan kurang lebih 1, 5 jam, anda akan menemukan sebuah lembah yang dihiasi Teptengat dan Selada. Inilah Aengkenik atau kadang disebut Kali Putih. Disini ada sungai yang mengalir jernih, namun disarankan jangan diambil karena mengandung belerang. Dari Aengkenik, tempat selanjutnya adalah Danau Taman Hidup. Argopuro sebenarnya dikenal karena dua tempatnya. Danau Taman Hidup dan Cikasur. Dua tempat inilah yang menghadirkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Dan sekarang, anda sedang dalam perjalanan kesana.

Perjalanan dari Aengkenik ke Danau Taman Hidup tidaklah mudah. Jarak yang jauh dan medan yang menurun tajam sertas licin menjadi batu sandungan bagi mental dan fisik anda. Juga monyet dan mungkin harimau akan mengganggu langkah kaki anda. Anda akan melewati Cemoro Kandang, Hutan Konservasi dan Hutan Lindung sebelum sampai DTH.

Hutan lindung inilah yang merupakan sarang berbagai macam binatang buas yang dilindungi. Ada harimau jawa, panther, bahkan beragam jenis ular berbisa hidup disini. Namun sampai sekarang alhamdulillah penulis belum menjumpai salah satu dari mereka. Hanya babi hutan dan kera saja yang sempat penulis ajak bercanda.

Danau Taman Hidup akan anda jumpai setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5-6 jam. Danau yang mempunyai air bening laksana cermin raksasa ini akan memantulkan apa-apa yang ada diatasnya. Lidah anda akan kelu begitu menyaksikan danau ini untuk pertama kalinya. Bahkan ada beberapa teman yang melihat jembatan menjorok ke danau sebagai pondok dalam sinema Dawson Creek. Yah setiap orang punya ilustrasi berbeda untuk menggambarkan keindahan DTH.

Setelah puas bermain dan menikmati Danua Taman Hidup yang legendaris itu, anda bisa mengambil jalan ke kanan, menuju Bremi. Dari sini ke Bremi jalannya turun dan memutar. Kalau musim kemarau jalan ini berdebu. Jadi hati-hati dengan jarak yang anda ambil dengan pendaki didepan anda. Setelah berjalan 5 jam, anda akan menemukan ladang kopi, bagi yang mengambil jalur kiri, atau kebun karet, bagi yang mengambil jalur ke kanan. Dari sini Bremi hanya tinggal setengah jam.

Bremi terkenal dengan penghasil susu dan sayuran. Jadi kalau anda kesini sebaiknya membeli salah satu dari keduanya. Susu mungkin alternatif terbaik untuk dibeli karena bisa langsung dinikmati. Anda bisa mendapatkannya lewat koperasi desa. Harganya hanya 3000 per plastik. Satu plastik kira-kira berisi dua liter susu. Dari Bremi ini anda bisa melaporkan kedatangan anda di polsek Krucil yang terletak di ujung jalan. Disini pula anda bisa mencegat bus yang terakhir beroperasi pukul empat sore. Kalau ketinggalan anda bisa mencari angkot. Harganya 5000 per orang. Kalau bus hanya 3000 perorang. Angkot ini akan membawa anda menuju Pajarakan. Selanjutnya, dari Pajarakan anda bisa mencegat bus jurusan Probolingga bahkan kadang ada yang langsung ke Surabaya. Penulis sarankan yang terakhir. Jadi, sudah siapkah anda mendaki gunung terpanjang sejawa?

No

Rute

Harga

1

Surabaya – Probolinggo

Rp. 15.000

2

Probolinggo – Besuki

Rp. 8.000

3

Besuki – Baderan

Rp. 5.000

4

Bremi - Pajarakan

Rp. 5.000

5

Pajarakan - Surabaya

Rp. 13.000

Total

Rp. 46.000